BJ Habibie dan Ainun
24 nov 2012, malam natal
“Terimakasih ya allah telah melahirkan ainun untuk saya, dan mempertemukan saya dengannya” BJ Habibie
Itu petikan kalimat terakhir ketika bu ainun terbaring di rumah sakit Muchen Jerman karena menderita kanker ovarium stadium 3. Dan menurut saya itu kalimat yang paling menyentuh, ya sangat menyentuh.
Sebenarnya bukan karena cinta saya suka akan sosok p.habibi namun karena beliau bapak teknik Indonesia. Kemudian terbitlah buku ainun dan habibi yang sampai sekarang belum saya baca.
Ternyata ketika menonton filmnya memang sungguh2 bagus, entah karena settingan md entertainment yang kondang menggarap serial drama, namun bagi saya karena based on true story.
Memang sulit hidup di luar negeri, german Europe, sangat berbeda dgn asia. Tak kenal silaturahmi, semuanya serba mandiri. Ini juga dialami teman2 saya yang menuntut ilmu disana maka ketika terbiasa dengan pola di Europe sekembalinya ke yogya biasanya dikenal menjadi sombong tapi ada juga orang yang langsung membaur, itu tergantung seberapa besar dia menyerap dan tidak melupakan budaya Indonesia nya. Seperti kebanyakan Negara maju dimana “work hard, party hard”. Di eropa, tak ada orang santai semuanya bekerja, otak kiri sangat dipakai. Karenanya bisa sangat teratur karena semuanya 1 kiblat : logika. Tak ada agama.
Nah, orang Indonesia muslim yang berada disana menjadi inspirasi sendiri bagi saya, karena mereka mampu beradaptasi dengan budaya eropa tapi tak melupakan budaya local. Pada buku Hanum Rais (99 cahaya di eropa), seseorang turis mengatakan “saya melihat begitu banyak muslim di Indonesia, tapi justru menemukan ketaatan nya di eropa”.
Kembali ke habibie, th 2011 lalu saya ditugaskan pers pemprov utk reportase pidato habibie, rasanya begitu terhormat deh, padahal saya bukan siapa2 apa lagi apa2, saya ini cuma salah satu orang yang sangat mengapresiasi ide cemerlangnya.
Habibie begitu ambisius menjelaskan n250 gatotkaca bikinannya. http://www.youtube.com/watch?v=3QqpiaeNq54 , http://id.wikipedia.org/wiki/N-250 . tak terlihat sedikitpun jatuhnya citra pesawat local yang telah dimakan zaman karena peraduan politik yang mengedepankan suap menyuap dan tikus pemerintahan.
Padahal dirgantara Indonesia (pembuat pesawat dalam negeri) http://en.wikipedia.org/wiki/Indonesian_Aerospace hampir hilang gaungnya. bahkan kalau saya saya tdk hadir dlm pidato itu mgkin sya tidak kenal ttg n250 plane.
Salah satu dosen saya makul mikroprosesor adalah ex pegawai IPTN, namun karena inflasi rupiah 98 maka PT itu bangkrut (begitu cerita singkatnya) . pelajaran dosen itu saya benci krn saya gak maksud2. Tapi karena sebuah motivasi sederhana, yakni dengan mempelajari ilmu algoritma 0-1 sj sudah nyicil sebuah system dari pesawat maka saya niatkan utk belajar meskipun saya sadari betul ini gak ada apa-apanya dari pesawat. Ini contoh soal uts waktu itu http://www.academia.edu/1162191/SIMULASI_KONTROL_LAMPU_LALU_LINTAS_SISTEM_DETEKTOR_DENGAN_MENGGUNAKAN_PLC_UNTUK_PERSIMPANGAN . Ya minimal saya bangga bisa memprediksi kemampuan pak habibi sekaligus memutuskan dengan mantap bahwa bukan bidang saya disitu dengan telah mencoba.
Ditengah kemelut politik transisi orde baru ke reformasi, disitu habibi Indonesia 1 disebut. Menurut pribadi, kurang pas juga seorang ilmuan ditempatkan sebagai pemimpin. Tetap ada porsinya seorang a.einstein jadi peneliti dan a.lincoln jadi presiden. Maka sebagai seorang wanita, saya bisa paham berada di posisi bu ainun kala itu, tentu saja penuh dengan tekanan.
Dan habibi ainun sungguh2 sgt cinta, indeed. Mereka itu seperti mm.. klo bisa diibaratkan mungkin whiteboard dan snowman boardmarker, yang meskipun terpisah tapi tidak berfungsi kalau tidak menyatu.
Mereka adalah milik german terlebih Indonesia. Ainun lulusan ui kedokteran, tdk pintar tapi bisa memasak, bekerja di luar negeri sekaligus membesarkan anak, ibadahnya bagus, fashionable, dan have an Indonesian manner. Habibi lulusan s1-s3 di aanchen german (sebelahan Amsterdam), Europe manner, professor di german, banyak sifat yang bertolak belakang. Dan ternyata dipertemukan dengan 1 kata, cinta. Saya kira ini bagian dari pembuktian Teori john nash, hukum keseimbangan http://id.wikipedia.org/wiki/John_Forbes_Nash
Penuturan Bu Ainun yang dicatat pada buku A. Makmur Makka, yang ditulis ulang pada Novel Habibie & Ainun.
“Saya belajar menggunakan waktu secara maksimal sehingga semuanya dapat terselesaikan dengan baik mengatur menu makanan murah tapi sehat, membersihkan rumah, menjahit pakaian, melakukan permainan edukatif dengan anak, menjaga suami, membuat suasana rumah yang nyaman, pendeknya semuanya yang harus dilakukan agar suami dapat memusatkan perhatiannya pada tugas-tugasnya. Saya belajar tidak menganggu konsentrasinya dengan persoalan-persoalan rumah.”
“Dan ternyata hidup pas-pasan begitu ada kebahagiaannya tersendiri : kami bertiga semakin erat. Erat dalam perasaan, erat dalam pikiran. Kami bersua suami-isteri dapat menghayati pikiran dan perasaan masing-masing tanpa bicara. Malah antara kami berdua terbentuk komunikasi tanpa bicara semacam telepati. Tanpa diberitahu sebelumnya, seringkali karena tidak sempat, kami masing-masing dengan sendirinya melakukan tepat sesuatu yang diinginkan lainnya. Saya membuat masakan yang persis saya butuhkan tetapi lupa untuk menitipkan padanya sewaktu berangkat pagi. Hidup berat tapi manis.”
“Saya bahagia malam-malam hari berdua di kamar : dia sibuk diantara kertas-kertasnya yang berserakan di tempat tidur, saya menjahit, membaca atau berbuat lainnya. Saya terharu melihat ia pun banyak membantu tanpa diminta : mencuci piring, mencuci popok bayi yang ada isinya.” (Habibie & Ainun : 38)
Dalam hati terbesit sebuah keinginan nanti akan menetapkan kota kedua setelah Yogyakarta tentu dengan pasangan saya, sungguh terkadang penat sekali berada disini. Jadi kita akan portable untuk pindah2, sesuai dengan ritme tekanan hidup kami.
Komentar
Posting Komentar