Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2012

BJ Habibie dan Ainun

Gambar
24 nov 2012, malam natal “Terimakasih ya allah telah melahirkan ainun untuk saya, dan mempertemukan saya dengannya” BJ Habibie Itu petikan kalimat terakhir ketika bu ainun terbaring di rumah sakit Muchen Jerman karena menderita kanker ovarium stadium 3. Dan menurut saya itu kalimat yang paling menyentuh, ya sangat menyentuh. Sebenarnya bukan karena cinta saya suka akan sosok p.habibi namun karena beliau bapak teknik Indonesia. Kemudian terbitlah buku ainun dan habibi yang sampai sekarang belum saya baca. Ternyata ketika menonton filmnya memang sungguh2 bagus, entah karena settingan md entertainment yang kondang menggarap serial drama, namun bagi saya  karena based on true story. Memang sulit hidup di luar negeri, german Europe, sangat berbeda dgn asia. Tak kenal silaturahmi, semuanya serba mandiri. Ini juga dialami teman2 saya yang menuntut ilmu disana maka ketika terbiasa dengan pola di Europe sekembalinya ke yogya biasanya dikenal menjadi sombong tapi ada juga orang yang langsun

FINAL (ekspedisi pontianak)

Sampai di DIY saya kelas IV SD , anak pindahan jadi masih malu-malu sekali. Sampai pada pertanyaan bu hemi plajaran IPS “siapa yang pernah naik kapal di laut ?”, saya malu banget mau ngacung, keduluan teman saya denis, dia bilang “saya bu ke bali” . Bu hemi bilang, oh itu selat, laut yang besar misalnya laut jawa, belum ada ya, soalnya memang besar sekali. Kalau bisa kembali ke masa itu, saya akan ngacung pertama dan bilang saya bu. Kemudian nasib diari saya itu, ditemukan ibu dibacanya sambil ketawa-ketawa sendiri. Karena ukuran tulisan saya yang kaya ceker pitik itu kayanya. Saya termat malu sama sikap ibu, akhirnya saya buang buku itu Kalau bisa kembali ke masa itu, saya akan simpan catatan itu, buat bukti otentik ke anak saya nanti. Rasanya seperti anna frank, seorang anak kecil korban pembunuhan nazi yang suka sekali mencatat diari sampai mati, dan di museumkan. Entah kenapa setelah itu, setiap saya ulang tahun ibu tiba-tiba beri saya diari. Untuk alasan yang tidak jelas

TOUCHDOWN KHATULISTIWA DAN OBJEK WISATA LAIN (ekspedisi pontianak)

Sampai jg di pelabuhan pontianak, kami di jemput mak amah (tante) dan om tomo, pakai mobil sampai di rumahnya. Tante saya orang jawa, waktu ada pembukaan PNS di Kalimantan dia ikut, keterima di dinas sosial kemudian menikah dgn org disana, begitu hidup klg ibu saya yang serba perantau. Didikan kakek kami dari borneo, kalsel. Saya lupa alamatnya mak amah, waktu itu musim hujan disana. Rumahnya pakai kayu, bertingkat. Sangat berbeda dengan di Jawa. Rupanya tanahnya warna merah, dan  empuk, itu alasan rumah2 memakai kayu2, agar tidak banjir dan tembus. Rumah belakang mak amah hutan, antara rambutan apa jati (saya gak ngerti), luas, dan seram. Sebisa mgkin saya ke toilet sebelum jam 9 karena di luar rumah. Dan airnya keruh sekali.. coklat, tapi tidak bau, biasa saja. Awalnya jijik juga, tapi ya ditahan-tahan. Kata om tomo, biasa kalo musim hujan airnya akan bercampur dengan tanah jadi warnanya seperti itu. Di sebelah rumah ada kebun, pohon pisang. Mendekati lebaran, mak amah suka banget b

MELINTAS LAUT JAWA DGN KAPAL PELNI (ekspedisi pontianak)

masa kecil.  Karena setelah lihat film terbaik yang pernah saya lihat, the live of pi in 3d . saya jadi ingat masa kecil. karena pada usia 9 th saya pernah berpetualang dengan kapal feri ke pontianak. Berangkat dengan pakde dan bude, tanpa orang tua. Saya masih merekam benar seluruh kejadian, ok saya ceritakan ya, karena semakin kemari peminat kapal di jawa sudah menipis. Kami harus ke semarang, pelabuhan tanjung emas, dan naik feri dengan membeli tiket sebelum keberangkatan langsung. Feri nya besar, tidak seperti kapal selat bali, tapi jg tidak sebesar kapal pesiar. Sesampainya di kapal, kami langsung mencari dek (tempat tidur) karena meskipun ada tulisan di tiket, namun kenyataannya rebutan. Ruang dek ekonomi itu seperti asrama tentara, tempat tidur yang panjang dengan jeruji besi terhubung tanpa sekat. Sementara klo dek bisnis, seperti yang di tv2, mereka perkamar dan ranjangnya atas bawah. Ternyata jumlah penumpang melebihi jumlah dek. Kami tidak kebagian, tp pakde berha