Urbanisasi vs Transmigrasi

Gak ada pikiran sama sekali kalau sudah dewasa akan jadi ibu rumah tangga ?! not ever once. Terbiasa menjalani rutinitas sebagai anak dari bapak ibu as worker, dan ditinggal d rumah sendiri, seperti pada umumnya urbanisasi terjadi saat ini.

Dan tiba2, aq menikah dengan R, dy bersikeras bahwa dengan nilai akademikku yg biasa2 aq akan lbh mudah bersaing apabila mencari kerja dengan passion, hmm, sounds strange really, but then he always sounding as that and I started to think, 1, 2, 3, gergous, rupanya betul.

Sejak lulus kuliah, aq magang d kampus, 3 bulan gak betah ttp aq bertahan, karena komitmen di surat kontrak. Setelah itu aq kerja d UGM sbg asisten dosen cenderung k keperluan pribadi dan penelitian, saat itu aq juga masih aktif jualan. Ketika ulang tahun, mb acni mmberi aq buku "100 inspire entrepreneur", aq pikir, kok gak nyambung yak, kita kerja dimana ttp buku ttg apa. Rupanya dy memperhatikan kemampuan ku buka lapak ><

Begitu juga ketika pertama kali aq wawancara di ruang SMM, pertanyaan saat it "cita2nya apa", dan dgn spontan aq blg "sy pgn jd wirausaha bu", kata SMM "lah kok gak nyambung". Aq sendiri g tau knapa bs lolos dlm tes yang kemampuan mengerjakan soal algoritma nya gak aq jawab. bs jadi krn keberuntungan, percaya g kalau "lucky" itu ada ? sebaiknya percaya

seperti cerita berikut ini :

Saat ini aq temporary transmigrasi di tabalong, dimana tetangga kontrakanku namanya mba D, sedang hamil. Dy berkisah, ketika dari Bogor dibawa suaminya utk nemani kerja disini gak betah, kmd dy daftar kerja d anak perusahaan suaminya, melalui tahapan tes psikotes di Jakarta, wawancara d aston tabalong, dan dinyatakan diterima. Tetapi, ternyata dy hamil, dan sgt mencintai kehamilnnya sehingga mengundurkan diri sementara pihak Adaro ttp ingin menunggu, sampai pd "mbak, tlg carikan temen mba yg kira2 bs menggantika" perintah dari perusahannya.

and the one who change the position though she didn't know about the process, she must the luckiest one

Bahwa gaji tidak selalu menjadikan seseorang akan terus2an di pekerjaan tersebut, seperti L, temanku. Dy menjadi karyawan honorer di instansi pemerintah prov, dekat rumah, gaji standar pns berserta tunjangan, kec pensiunan, bias beli motor sendiri. Tetapi, dy resign. karena ?
rupanya atasannya genit, menjadikannya risih, dan gak nyaman sehingga dy memutuskan utk kerja di tempat lain dengan penghasilan yang biasa.

aq Tanya, "menyesal?" "gak, justru senang, pekerjaan sekarang lbh nyaman"

see ...

aq jg cerita dgn R ttg situasi pekerjaan ini, yang setau aq, hamper seluruh teman seangkatannya 1 per 1 keluar, dan dy blg "aq nyaman disini, dapat roaster cuti 2 minggu, kalau ikut urbanisasi hanya sabtu minggu, diluar fasilitas dll" 

entah karena dy mmg orang yang g mau mencoba hal baru, atau sudah mencukupkan kenyamanan, dy sih mmg kaya gitu.

yang bisa berubah itu aq, makanya aq gak boleh terikat agar aq bias mengakomodasi kebutuhannya

dan bukankah demikian fungsi suami isteri ? agar saling melengkapi :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Plus Minus Sepatu Branded

Sakit lepas cuti ke2

Pilih Ongkos Kirim Mana ? (perbandingan Wahana, JNE, Tiki, Pos Indonesia)