Jatuh Cinta Pada Suasana
Kali ini aq jatuh cinta bukan pada orang tapi pada suasana,
Petikan dari everyday band ini betul banget, karena saya pernah merasakan momentum tersebut bersama oppa dan kak zia, mereka adalah sebuah cinta yang amat tulus namun mungkin tak bisa menyatu.Kak Zia adalah gadis Bali yang lahir sebagai anak kedua dari keluarga yang bisa dikatakan kurang dari cukup sehingga untuk membiayai hidupnya dia harus banting tulang, semenjak selepas SMK tanpa berharap banyak akan mimpinya, yaitu mengenyam bangku kuliah.
Pekerjaan pertamanya menjadi pelayan di restoran Korea karena bos nya orang Korea cocok dengan ketertiban Kak Zia maka dia pun menjadi pelayan di rumah bos tersebut. Rumah yang elite dilengkapi dengan seluruh fasilitas sekilas memang sangat memanjakan yang menaunginya.
Namun kenyataannya Kak Zia mendapat perlakuan tidak layak dari bos nya, dia sangat arogan dan kejam dalam memberi pekerjaan. Tidak mengenal waktu sampai Kak Zia tidak bisa istirahat hanya karena disuruh membuat Kimchi.
Kimchi di Korea biasa dikerjakan ibu-ibu yang bertetangga dan memakan waktu 2 hari, karena sawi harus di fermentasikan terlebih dahulu. Jadi sangat "memaksa" apabila pekerjaan tersebut dilimpahkan pada 1 orang yang notabene dia memiliki tanggung jawab lainnya seperti bersih-bersih rumah, mencuci pakaian hingga kembali ke lemari dengan rapi, mengurus anak bos tersebut, menjaga restoran. Bisa dibayangkan betapa merana, disamping Kak Zia menjadi sering sakit karena overload tendency. Hanya karena kebutuhan hidup yaitu sepeser uang Kak Zia mempertahankan pekerjaan ini.
Hingga pada suatu hari seseorang mahasiswa mancanegara bernama Oppa, biasa kita panggil, berkunjung ke Restoran Korea tersebut. Sekali hingga tiga kali kunjungan tidak ada yang aneh, maklum karena rindu kampung oppa menjadi sering ke restoran tersebut.
Lama kelamaan oppa mengenal Kak Zia dan mereka saling bertukar cerita hingga larut sampai Restoran tutup, begitu selama beberapa kali. "Dari awal berjumpa, ada raut wajah yang begitu terpukul pada dirinya" kata Oppa kepada saya ketika kami berbincang-bincang di Kaki Gunung Batur.
Mengetahui cerita Kak Zia kemudian Oppa memutuskan untuk "melepaskan" Kak Zia dari belenggu Bos nya, meskipun dimarahi namun bak arang dibakar api, semangat untuk lari sudah menyala.
Tak tahu harus hidup dimana, karena rumah Kak Zia sungguh sederhana dan sudah padat oleh saudara-saudaranya. Padahal adiknya masih pengangguran dan selalu merepotkan orang tuanya dengan ulahnya yang nakal.
Hari-hari berikutnya Kak Zia tinggal di homestay dengan Oppa, akasia, terletak di denpasar, dikelilingi sawah, dan dinaungi Pemandangan Gunung Batur. Kamar tersebut memang yang terbesar dan memiliki private balcony yang memanjang.
Alasan dipilihnya kamar ini adalah agar Oppa tidak mengganggu orang atau tamu lain kalau sedang belajar bermusik.
Untuk membiayai hidup sehari-harinya Kak Zia mengajar bahasa Korea pada beberapa murid, dia sungguh fasih dalam bercakap hangeul tanpa pendidikan formal.
Sementara Oppa memang terlahir dari keluarga "ningrat" dari Korea, ayahnya memiliki bisnis baju eksport import bersama keluarga lainnya di China. Maka dalam persoalan keuangan Oppa yang saat ini mengenyam bangku S2 di ISI tidak terlalu khawatir.
Semenjak Kak Zia hadir, oppa selalu menyisihkan uangnya untuk makan 2 porsi dan membantu kebutuhan sehari-hari Kak Zia seperti bensin, dll. Kak Zia pun dengan senang selalu memasak menu Korea dan membersihkan kamar hingga mencuci baju. Aihh, mereka betul-betul pasangan yang sangat mutualisme.
Hingga pada suatu hari ada kabar bahwa adik kak Zia mau menikah karena alasan yang sangat tidak pantas dilakukan oleh laki-laki baik. Begitu ceritanya hingga mereka harus memiliki uang untuk mengadakan pesta.
Pesta ? Ia betul, suku Bali selalu menjunjung prestige, maka agar tidak berat mereka biasa hidup dalam berbanjar-banjar / berkelompok dimana dalam perayaan-perayaan bisa patungan. Namun berbeda dengan keluarga Kak Zia, karena ayahnya adalah pendatang dari daerah lain maka "belum" bisa diterima di Banjar yang baru.
Uang untuk pesta sangat membuat pusing, sampai harta yang dimiliki keluarga Kak Zia pun dijual satu per satu. Mulai dari laptop, perhiasan, dll.
Di saat yang sama Oppa harus melunasi tagihan Motor GP yang dia beli. Uang dan uang dari mana jalan keluarnya.
Baik Kak Zia maupun Oppa berusaha semaksimal mungkin namun hingga batas akhir, oppa pun membantu Kak Zia untuk menuntaskan kekurangan uang pesta.
Hari-hari berikutnya mereka makan lebih sederhana.
Seperti sebelumnya, oppa biasa dikirim bumbu-bumbu dan makanan yang tahan lama dari Korea.
Setelah perhelatan itu berakhir, Kak Zia mendapatkan pekerjaan lagi, kali ini sebagai penjaga kasir di sebuah toko. Belum habis kontraknya Kak Zia harus sering izin untuk latihan vokal.
Bersama Oppa dan Henzy (California) serta beberapa teman2 ISI lainnya mereka sepakat untuk membuat team musik. dan terpilih sebagai salah satu peserta dalam perhalatan akbar musik etnik di Yogyakarta.
Perjumpaan kami yang kedua kalinya berlangsung di Tembi Yogyakarta, saya pun ikut menginap dan makan malam disana karena dianggap sebagai visitor ^^. Lama tak berjumpa cerita pun menyeruak, tidak banyak yang berubah dalam kehidupan mereka selain Kak Zia sudah mendapat kerjaan baru.
Saya pun memberi tahu Kak Ria bahwa UGM sudah tidak bisa menerima mahasiswa yang usianya melebihi standar fresh graduate. Namun ada beberapa kampus swasta yang masih memiliki peluang banyak untuk bisa dijadikan sekolah nanti Kak Zia bisa mengajar bahasa Korea di Yogya untuk cari uang dan tinggal di rumah Ela yang memang sangat luas namun sepi karena dia sudah di Jakarta, ya masalahnya kembali uang-uang-uang. Sehingga Kak Zia cenderung sepakat untuk menolak tawaran ini.
Sepulang mereka ke Denpasar, Kak Zia memberi kabar bahwa dia tak lagi bekerja sebagai kasir karena bos nya tidak cocok dengan sistem kerjanya yang sering izin yah walaupun izin tersebut hanya untuk momentum ini. Dan kabar yang paling membahagiakan adalah Kak Zia sudah mengenyam bangku kulian di Universitas Hindu Bali.
Saya pun turut senang karena impian tersebut bisa tercapai, dan semoga Oppa tidak haus karir sehingga hambatkanlah hati ke Kak Zia apapun alasannya dan bagaimanapun caranya.
"Dia orang yang sangat tulus saya kenal di Bali, meskipun saya sudah memberi tahunya bahwa kita tidak mungkin bersatu dalam ikatan pernikahan, karena orang tua dan orientasi hidup kita yang bertolak belakang namun dia masih tulus, sungguh saya menyayanginya" tutup oppa.
Komentar
Posting Komentar