Dinasti Sosialita
hello blogger, i always loving you by compared tumblr feature
sosialita, kemajemukan bangsa kita ini adalah pagar kokoh perbedaan ekonomi, sederhananya, ada yang kaya banget dan miskin banget, idealnya seperti di negara maju ada yang kaya banget tapi gak ada yang miskin banget, semua ada di peringkat kecukupan.
Nah, berhubung SMA saya (baca : salah satu sma di DIY) termasuk pada kategori 'kaya' lebih tepatnya geng saya bersemayam saat itu ya, jadi secara tidak langsung saya bisa melihat gempita 'sosialita'.
Kalau didengar enak ya orang sosialis, tapi kenyataannya sosialita di Indonesia (i dont event know any country else mind) itu identik dengan strata high class, contohnya saja putri para pejabat yang sering dikabarkan gosip itu dan para nyonya dari pasangan kaum jetset.
Istilah ini saya ketahui tahun 2006 lewat film arisan besutan Nia Dinata, baru saya pahami di th.2008. Sebenarnya lumrah-lumrah aja keberadaan mereka wong hartanya sejagad, tapi menurut saya, menimbun harta di negara bervisi Mengentaskan Kemiskinan tidak tepat, karena justru mengajari orang cepet-cepetan jadi kaya raya baik dengan cara haram halal.
di lingkungan sosialita pertanyaan dan pernyataan yang umum itu seputar sekolah, bisnis, fashion yang labelnya luar negeri, dollar lebih dominan digunakan ketimbang rupiah. Apalagi soal dinasti, telak hukumnya telah menggurita 7 turunan.
Seiring dengan waktu yang didaulahkan tuhan untuk saya lewati, saya banyak sekali ketemu orang yang berkeinginan segera bekerja setelah kuliah, kuliah sambil bekerja, tidak melanjutkan kuliah karena bekerja. Dan ketika itu saya serasa bercermin betul pada realita kondisi Indonesia.
Anjloknya perbandingan kaum sosialita dan kaum kekurangan ternyata curam banget. Bahkan ketika saya mampir ke rumahnya, ruang tamu 2 rumah bisa jadi satu, mau numpang toilet aja gak enak karena beda wilayah dan sempit sekali, atau karena saya harus meladeni kalimat yang mencerca ketidak mampuan biaya, pola fikirnya jadi sempit sekali.
Sama-sama sempit sih, kalau sosialita sempitnya terjamin karena tebar uang, kalau kaum kekurangan sempitnya bener-bener menyayat hati dan penuh perjuangan.
Sama-sama sempit sih, kalau sosialita sempitnya terjamin karena tebar uang, kalau kaum kekurangan sempitnya bener-bener menyayat hati dan penuh perjuangan.
Motor saja sampai tidak punya, kemana-mana harus pakai bus. Beda dengan 'sosialita', dulu saya sering minta jemput temen saya dan dianter sopir, bahkan ketika ada tilangan kita selamat karena sebuah dinasti 'jabatan orang tua'.
Miris bener saya bandingkannya, kondisi saya di perekonomian menengah rasanya patut disyukuri sekali. Sosialita sangat mempengaruhi link ekonomi, sementara yang kekurangan bisa dialokasi untuk menjadi pekerja. Itulah kenapa saya selalu bercita-cita menjadi wiraswasta, sungguh tidak ada pekerjaan yang lebih mulia daripada membuka lapangan pekerjaan.
*elv
Komentar
Posting Komentar